Kawasan Fatwa Sungai (Das) – Pemahaman, Fungsi & Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai – Sebagai negara beriklim tropis yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia termasuk salah satu negara yang penuh dengan dekorasi-hiasan alam. Mulai dari pegunungan, bukit, lautan yang luas, danau, riam, sampai daerah ajaran sungai yang mengalir di sepanjang daerahnya.


Dalam catatan sejarah insan, hampir seluruh kebudayaan-kebudayaan besar, seperti kebudayaan Mesir Kuno, berawal dari pemukiman kecil di sepanjang ajaran sungai.


Tentu hal ini dapat dijelaskan, karena pada kawasan sekitar sungai mengandung sumber kehidupan utama manusia. Kebutuhan dasar manusia mampu terpenuhi dan diperoleh disekitar ajaran sungai, mirip kebutuhan untuk mengolah masakan kuliner, minuman, membersihkan diri, mencuci barang, dan lain sebagainya.


Selain itu, daerah sekitar sungai juga memiliki tanah yang subur dan cukup air. Sehingga flora dapat tumbuh dan mengakibatkan masyarakat berdomisili disekitarnya.


Beralih ke zaman terbaru, kawasan yang dialiri sungai-sungai semacam itu sekarang disebut DAS, singkatan dari Daerah Aliran Sungai.


Kali ini, kita akan membahas secara lengkap mulai dari definisi, bentuk daerah DAS, duduk perkara-persoalan yang sering terjadi, dan bagaimana cara penanggulangan, serta cara melaksanakan pengelolaan area tersebut.



Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu tempat atau area yang dikelilingi oleh beberapa titik alami yang terletak pada dataran tinggi. Titik-titik tersebut berfungsi selaku wadah penampungan air hujan yang turun di daerah tersebut.


Menurut Manan, melalui jurnal ilmiah “Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai”, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (1979), yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni “Kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang memuat, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang alhasil bermuara ke danau atau bahari.”


Dari lokasi titik-titik tersebut, air hujan yang ditampung akan mengalir ke aneka macam area, lewat alur sungai sampai alhasil air hingga ke lautan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses air bahari menguap sampai kembali menjadi hujan atau siklus air yang terus berulang.


Tentunya, tidak semua air hujan yang jatuh pada titik-titik tersebut akan tertampung dan mengalir lewat sungai sampai kembali ke lautan. Melainkan ada sebagian yang terserap ke dalam tanah atau mengalami proses inflitrasi sehingga menjadi air tanah. Infiltrasi mempunyai tugas besar dalam mempertahankan kelembapan tanah suatu kawasan.


Setelah air terserap dan mengalir di dalam permukaan tanah, air inflitrasi akan kembali keluar ke permukaan tanah dalam bentuk sumber mata ari. Kemudian air akan mengalir lewat sungai sampai kembali ke lautan.


Pengertian DAS Menurut Para Ahli


Selain pemahaman diatas, Daerah Aliran Sungai menurut PP No. 37 Tahun 2012 perihal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, DAS ialah suatu daerah daratan berbentuksatu kesatuan dengan sunga dan bawah umur sungai yang berfungsi memuat, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, dimana batas di darat yakni pemisah topografis dan batas di laut hingga kawasan perairan yang masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.


Definisi lain dari para jago tentang Daerah Aliran Sungai yakni sebagai berikut:



  • Menurut Dharmawan, dkk (2005), DAS ilah bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah pedoman (topographic divide), ialah punggung bukit atau gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui saluran-kanal pengaliran ke suatu titik (outlet) yang biasanya berada di muara sungai atau danau.

  • Menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu kawasan daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang mmampu memuat dan menyimpan air hujan sampai kemudian menyalurkannya ke bahari melalui sungai utama.

  • Menurut Suripin (2002), DAS merupakan sebuah wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas batuan, mirip jalan atau tanggul, dimana air hujan turun di kawasan tersebut memberi donasi anutan ke titik kontrol (outlet).

  • Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), DAS yaitu suatu kesatuan kawasan / daerah / tempat tata air yang terbentuk secara alami dimana air tertangkap yang berasal dari curah hujan akan mengalir dari daerah / daerah / kawasan tersebut menuju ke sungai.

  • Menurut Sugiharto (2001), DAS ialah sebuah tempat yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, memuat, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya menuju danau atau laut.


Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA)


Selain tempat Daerah Aliran Sungai (DAS), ada pula istilah Daerah Tangkapan Air (DTA) atau disebut selaku Catchment Area.


Jika DAS dilihat dari sudut pandang tempat-daerah yang dialiri sungai, maka DTA ialah area atau titik-titik tempat air hujan ditangkap atau ditampung. DTA ialah bagian paling penting dari suatu daerah Daerah Aliran Sungai.


daerah tangkapan air


Air hujan yang ditampung pada Daerah Tangkapan Air (DTA) inilah yang nantinya akan mengalir melalui lereng-lereng bukit dan bergerak menuju aliran sungai dan akan membentuk tempat DAS.


Banyak yang menilai Daerah Aliran Sungai sama dengan Daerah Tangkapan Air, namun bantu-membantu berlainan. DAS lebih konsentrasi kepada fatwa sungai dari hulu ke hilir, sementara DTA konsentrasi pada area penampungan air, sehingga definisi dari kedua ungkapan tersebut berlainan.


Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)


Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) umumnya terbagi menjadi tiga area atau daerah yang mengalir mulai dari catchment area, hingga saat mengalir menuju lautan, yakni:



  1. Area hulu sungai

  2. Area tengah sungai

  3. Area hilir sungai


Area hulu sungai yang menjadi titik awal penampungan air hujan, umumnya berlokasi di dataran tinggi, perbukitan, atau pegunungan serta banyak terdapat riam, penderasan, serta mempunyai lereng-lereng yang curam.


Sedangkan area tengah sungai lazimnya akan relatif lebih landai dibandingkan hulu. Pada tempat anutan sungai ini banyak mempunyai lekukan atau disebut juga dengan meander. Area ini ialah lokasi aktivitas penduduk, serta menjadi kawasan pembangunan waduk dan juga danau.


Area hilir sungai ialah area yang pada umumnya dipakai untuk kawasan pertanian. Bentuknya juga lebih landai dibandingkan area tengah, sehingga kecepatan aliran air relatif lambat. Pada area hilir banyak terjadi pengikisan lateral yang mengakibatkan sungai melebar dibandingkan area hulu dan tengah.


Fungsi Daerah Aliran Sungai


Fungsi utama DAS terkait dengan problem hidrologis, yakni sungguh dipengaruhi oleh curah hujan yang turun, faktor geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis meliputi kapasitas DAS mengalirkan air, menyangga kondisi puncak huja, mengalirkan air secara sedikit demi sedikit, memelihara kualitas air dan mengurangi pembuangan massa mirip longsoran tanah.


Berdasarkan fungsinya, Daerah Aliran Sungai mempunya 3 tugas bagian, antara lain:


1. DAS Hulu


DAS bab hulu memiliki kondisi tutupan vegetas, kualitas air, kesanggupan menyimpan air serta curah hujan. Ciri DAS hulu yaitu tempat dengan lanskap pegunungan dengan topografi beragam, mempunyai curah hujan tinggi dan menjadi daerah konservasi untuk menjaga keadaan lingkungan semoga tidak terdegradasi.


DAS bab hulu sungguh penting untuk melindungi manajemen air, karena setiap aktivitas di kawasan hulu akan mempunyai efek kepada daerah hilir. Dampak tersebut meliputi fluktuasi debit dan transportasi sedimen pada fatwa sungai.


2. DAS Tengah


DASbagian tengah berfungsi selaku daerah pemanfaatan air sungai bagi kepentingan ekonomi dan sosial. Ciri area ini memiliki kuantitas dan mutu air yang bagus, kesanggupan menyalurkan air, serta ketinggian paras air tanah. Selain itu juga berkaitan dengan prasarana perairan seperti pengelolaan sungai, waduk dan danau.


3. DAS Hilir


Pola ajaran sungai akan memilih bentuk DAS yang hendak berpengaruh terhadap kecapatan fatwa. Meski semua jatingan sunga bercabang dengan cara yang sama, namun setiap pila akan berbeda sesuai medan dan keadaan geologi ajaran sungai.


Bentuk Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Kawasan yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki beberapa kombinasi bentuk dan juga corak. Menurut Sosrodarsono dan Takeda dalam jurnal ilmiah mereka yang berjudul “Hidrologi untuk Pengairan” (1982), ada tiga macam bentuk kawasan DAS, yakni:


a. Corak Bulu Burung


Corak Bulu Burung memiliki bentuk yang ramping mirip bulu burung. Aliran cabang anak sungai akan bertemu dengan aliran sungai utama menyerupai bentuk ruas bulu burung.


Wilayah ini mempunyai risiko banjir yang kecil, karena fatwa air dari masing-masing anak sungai tidak akan kembali ke pemikiran sungai utama pada waktu yang serempak.


b. Corak Radial


Corak Radial mempunyai bentuk yang lebih menyebar. Anak sungai memiliki cabang-cabang lain sebelum semuanya mengalir pada sungai utama yang mengarah ke lautan. Sungai dengan bentuk ini mempunyai risiko banjir yang tinggi, terutama pada titik-titik tempat konferensi bawah umur sungai.


c. Corak Pararel


Corak Paralel memiliki dua jalur ajaran sungai utama dan masing-masing mempunyai cabang anak sungai. Kedua jalur utama akan bertemu membentuk satu pedoman sungai utama yang mengarah ke lautan. Risiko banjir yang tinggi mampu terjadi pada titik konferensi antara dua anutan sungai utama tersebut.


Metode Perhitungan Curah Hujan pada Daerah Aliran Sungai (DAS)


Dalam mengkalkulasikan curah hujan di daerah DAS, ada beberapa metode yang bisa dipakai, antara lain:


a. Metode Poligon Thiessen (Metode Thiessen)


Metode Thiessen atau Metode Poligon Thiessen digunakan pada kawasan DAS yang memiliki bentuk memanjang, tetapi tidak luas atau pada area sempit, adalah antara 1000 hingga 5000 km2.


Biasanya curah hujan pada tempat ini tidak merata. Keakuratan data bergantung pada kesanggupan stasiun pengamat curah hujan dalam melaksanakan pengamatan.


b. Metode Isohyet


Metode Isohyet dipakai bila luas tempat DAS lebih dari 5000 km2. Nantinya akan dibuat garis-garis penghubung antara titik-titik ajaran sungai yang mempunyai tingkat curah hujan yang serupa. Keakuratan sistem ini bergantung pada keterampilan serta pengalaman yang melakukan perhitungan curah hujan.


Macam dan Jenis Daerah Aliran Sungai (DAS)


Selain dari bentuk dan coraknya, Daerah Aliran Sungai (DAS) juga akan dibedakan berdasarkan macam dan jenisnya, adalah:


a. DAS Gemuk


Daerah Aliran Sungai (DAS) Gemuk, ialah tempat DAS yang mempunyai daya tampung air hujan yang besar. Umumnya daerah ini mengalami luapan air yang besar, utamanya saat terjadi hujan lebat pada titik penampungan permulaan.


b. DAS Kurus


Daerah Aliran Sungai (DAS) Kurus, ialah kawasan DAS dengan daya tampung air hujan yang kecil. Luapan air saat terjadi hujan lebat pada titik penampungan awal tidak terlalu besar.


Pola Pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Pola anutan sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) bergantung kepada keadaan topografis, iklim, geologis, dan juga vegetasi pada area DAS.


Berdasarkan aspek-aspek yang disebutkan diatas, maka acuan pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS) dibagi menjadi beberapa acuan berikut ini:



  1. Pola Trellis, yakni masing-masing anak sungai bermuara secara paralel dengan anutan sungai utama atau induk sungai yang terdapat pada area pegunungan lipatan.

  2. Pola Rektangular, ialah masing-masing anak sungai berpotongan secara tegak lurus pada induk sungai.

  3. Pola Denritik, yaitu teladan pemikiran sungai menyerupai pohon beserta ranting dan cabangnya.

  4. Pola Radial Sentrifugal, yaitu hulu sungai saling berdekatan dan seakan membentuk satu titik sentra dan lalu bawah umur sungai akan menyebar ke segala arah.

  5. Pola Radial Sentripetal, yaitu hulu sungai tersebar, namun nantinya bawah umur sungai akan terlihat memusat dan saling berdekatan. Biasanya air pada DAS dengan contoh ini akan lebih asin, alasannya adalah mengandung kadar garam yang terbilang tinggi.

  6. Pola Paralel, ialah aliran anak sungai yang sejajar satu sama lain seperti yang terdapat di beberapa wilayah pantai barat di Sumatera.

  7. Pola Annular, adalah fatwa sungai yang berbentuk melingkar.


Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS)


Terdapat beberapa aspek yang dapat menjadi problem. Apabila tidak diatasi, maka akan berpeluang merusak tempat sungai. Contohya, jika area sekitar DAS dijadikan lahan pemukiman atau kawasan industri, pasti ancaman limbah buangan makin besar.


Beberapa problem yang dapat ditemui pada Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain:



  1. Penebangan hutan yang tidak terkendali, sehingga menjadikan serapan air ke tanah atau air infiltrasi tidak berjalan dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan luapan air hingga banjir bandang.

  2. Kurang diperhatikannya konservasi tanah dan air, sehingga mengakibatkan lahan tidak subur, atau yang disebutlahan kritis.

  3. Faktor alami seperti terjadinya erosi, sedimentasi, dan juga longsor pada tempat DAS.

  4. Limbah hasil industri dan rumah tangga yang tidak dikontrol dengan baik.

  5. Koordinasi antara pihak terkait tentang acara pengelolaan DAS masih kurang atau belum berjalan dengan baik.

  6. Kesadaran yang rendah dari penduduk terkait dengan pentingnya menjaga dan memelihara kawasan DAS serta lingkungan.

  7. Teknologi pengelolaan DAS yang masih tertinggal serta belum diperbaharui.

  8. Kurangnya kendali dari pemerintah atas kawasan-daerah DAS yang sebagian besar telah dimiliki oleh pihak swasta.

  9. Tumpang tindihnya peraturan serta kebijakan perundangan negara, pada sektor-sektor industri, kehutanan, pemukiman, dan lain-lain.


Faktor-aspek tersebut hanyalah gambaran lazim dari kompleksnya urusan pada daerah DAS di Indonesia. Oleh alasannya itu, mesti secepatnya dicari penyelesaian guna menyingkir dari risiko kerusakan daerah DAS yang lebih luas.


Cara Penanggulangan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS)


Dalam mengatasi masalah-problem pada Daerah Aliran Sungai (DAS), diharapkan beberapa usulandari aneka macam faktor serta bidang ilmu.


Beberapa alternatif cara untuk mengatasi problem ini, antara lain:



  1. Penanaman pohon di sekitar area sungai yang mempunyai tingkat serapan air rendah.

  2. Pembangunan infrastruktur yang membantu memajukan mutu kawasan DAS, seperti waduk, jalan masuk irigasi, pengendali ajaran sungai, dan sebagainya.

  3. Mengadakan penyuluhan terhadap warga di sekeliling daerah DAS mengenai pentingnya mempertahankan dan memelihara daerah, serta bagaimana cara memakai sumber daya alam yang bagus dan tidak merusak.

  4. Mengurangi pengurasan air tanah pada daerah DAS.

  5. Purifikasi limbah yang ada di sekitar atau di area tempat DAS.


Pengolahan dan Pengelolaan


Selain melakukan langkah-langkah penanggulangan problem, pastinya akan lebih baik kalau dibarengi cara pembuatan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik dan terpola.


bendungan aliran sungai


Dalam memilih langkah-langkah pengolahan dan pengelolaan, sebaiknya memperhatikan  kuantitas dan kualitas air yang ada di daerah tersebut, biar dapat dikerjakan tindakan yang maksimal.


Beberapa hal yang mampu dijalankan dalam mengolah dan mengelola tempat Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu:



  1. Mengelola dan melaksanakan konservasi pada lahan-lahan pertanian.

  2. Memberlakukan program-program yang mampu membantu penutupan lahan, seperti menyebabkan tempat selaku hutan rakyat, perikanan darat, menerapkan teknik agroforestry, dan juga holtikultura buah-buahan.

  3. Melakukan pemeliharaan pada area tebing-tebing sungai.

  4. Membangun kanal dan fasilitas irigasi yang terpola di sekitar tempat.

  5. Menerapkan program-acara pelestarian hutan guna meredam debit sungai utamanya pada dikala hujan, membuat lebih mudah perembesan air ke dalam tanah, dan juga meminimalkan tingkat abrasi.

  6. Melakukan penanaman tanaman yang mampu melindungi permukaan tanah dari curah hujan yang tinggi. Sehingga mampu membantu air hujan terserap ke dalam tanah dan mengalir secara perlahan ke sungai.


Kegiatan pengelolaan serta pembuatan diatas pastinya tidak mampu sembarangan dijalankan. Harus diputuskan terlebih dahulu hal apa saja yang diharapkan dari suatu kawasan DAS. Selain itu, tindakan konservasi juga mesti dilaksanakan secara tepat sasaran.


20200902


0 Response to "Kawasan Fatwa Sungai (Das) – Pemahaman, Fungsi & Pengelolaan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel